Revolusi Ala Nabi Muhammad Menginspirasi Bung Karno

Artikel Populer

Kopiah.Co — Sebagai umat Islam yang baik tentunya kita harus menjadikan Nabi Muhammad sebagai teladan dalam hidup, tentang bagaimana mengisi setiap hari kita dengan berbagai aktivitas yang bermanfaat dan melahirkan sebuah gerakan revolusioner.

Bahkan, Allah SWT berfirman bahwa Nabi Muhammad adalah figur yang harus diteladani oleh seluruh umat manusia, sebagaimana termaktub dalam surat Al Ahzab ayat 21:

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ ۝٢١

“Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah”.

Oleh karena itu, Rasulullah merupakan tokoh segala zaman. Bahkan beliau menginspirasi para pejuang kemerdekaan untuk melawan kolonialisme, tidak terkecuali Bapak Proklamator Republik Indonesia, Ir. Soekarno.

Bung Karno bahkan menyampaikan kekagumannya kepada Nabi Muhammad dalam berbagai kesempatan. Dalam salah satu pidatonya pada peringatan Maulid Nabi Muhammad, 12 Juni 1965, Bung Karno menyampaikan amanatnya di Istana Negara.

“Seluruh sejarah manusia dari sejak dulu hingga kini penuh dengan orang-orang besar. Bahkan tidak ada sesuatu bangsa yang besar yang tiada mempunyai orang besar. Tapi orang-orang besar ini tidaklah luput dari kesalahan, karena ia sekedar sebagai manusia biasa. Berlainan dengan Nabi, Nabi sebagai Rasul Allah tidaklah pernah berbuat kesalahan. Kita umat Islam harus menganggap Nabi Muhammad SAW orang yang terbesar dan kita harus mengatakan tidak ada pemimpin dimanapun di dunia ini yang kebesarannya melebihi daripadanya. Perbedaan Nabi Muhammad SAW dengan nabi-nabi yang lain kalau nabi-nabi seperti Musa, Daud, Isa dan lain-lain diutus untuk memimpin umat-umatnya di tempat-tempat tertentu, Nabi Muhammad SAW diutus untuk memimpin seluruh umat di muka bumi ini. Kalau nabi-nabi yang lain seperti lampu yang menyinari umat, maka Muhammad SAW adalah seperti matahari yang menyinari Seluruh umat di dunia ini.”

(Dikutip dari majalah Api Islam No.1-Juli 1965)

Bung Karno juga menolak jika ada orang yang hendak menyamakannya dengan Nabi Muhammad SAW hanya karena adanya Pancasila. “Saya bukan Nabi, karena Muhammad SAW adalah nabi yang terakhir, saya bukan pencipta Pancasila, saya hanya penggali Pancasila,” kata Bung Karno.

Terkait neokolonialisme, Bung Karno menegaskan bahwa bangsa Indonesia tidak akan meminta tolong kepada siapapun. Bung Karno mengajak seluruh bangsa Indonesia agar mampu untuk berdiri di atas kaki sendiri. Bung Karno mengatakan, “kita asah pedang, perjuangan kita berlandaskan agama, Nekolim kita hancurkan dengan berdikari“.

Negara Indonesia adalah satu-satunya negara di dunia yang memberikan konsep ajaran Pancasila sebagai suatu ajaran yang universal yang boleh dipakai seluruh dunia.

Dalam pidato keagamaan ketika memperingati maulid Nabi Muhammad SAW di Istana Negara, Bung Karno menyiratkan; pertama, bahwa Bung Karno menyadari sekaligus menghormati betul pemimpin besar adalah Nabi Muhammad SAW dan Bung Karno tidak ingin disamakan dengan para Nabi terlebih baginda Muhammad SAW.

Kesadaran dan penghormatan luar biasa Bung Karno terhadap sosok Nabi Muhammad ini terlihat jelas ketika ia mengunjungi makam Nabi Muhammad SAW di kota Madinah dengan cara merangkak dan melepas semua atribut dalam baju kepresidenannya ketika hendak masuk ke dalam makam Nabi Muhammad SAW.

Proklamator kemerdekaan sekaligus Presiden pertama Republik Indonesia ini mengajarkan kepada segenap rakyat Indonesia yang beragama Islam untuk selalu menghormati dan menanamkan rasa cinta kepada Nabi muhammad SAW.

Kedua terkait dengan nasionalisme, bahwa unsur agama telah menjadi dasar utama dalam hal cinta kepada tanah air Indonesia. Bung Karno dalam hal di atas menyinggung bentuk penjajahan baru atau sering disebut dengan istilah neokolonialisme yang menjadi isu penting pada sekitar tahun 1950 sampai 1960-an.

Adapun pada hari ini, unsur agama tetap harus menjadi unsur penting dalam nasionalisme Indonesia, bahwa apapun dan siapapun yang merongrong dan menghancurkan Negara kesatuan Republik Indonesia akan berhadapan dengan barisan umat Islam, sebagaimana dahulu para Kiai dan Santri menjadi benteng utama dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Melalui tradisi peringatan kelahiran atau maulid Nabi Muhammad, Bung Karno ingin mengingatkan bahwa kelahiran Nabi Muhammad menjadi awal harapan umat manusia khususnya umat Islam untuk keluar dari berbagai belenggu penjajahan, kebodohan dan kemiskinan. Spirit tersebut harus direfleksikan oleh umat Islam di Indonesia agar senantiasa relevan dengan situasi zaman.

Sejatinya, Nabi Muhammad dan Bung Karno adalah teladan bagi kita, bahwa seorang pemimpin seyogianya menciptakan revolusi besar, baik politik, ekonomi, sosial, maupun budaya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Artikel Terbaru

Merenungkan Paradigma Islam Berkemajuan

Kopiah.Co — Islam adalah agama yang diwahyukan melalui Nabi Muhammad saw. sebagai rahmat (kasih sayang) bagi semesta alam. Islam...

Artikel Terkait