Pendidikan Karakter Bangsa Dalam Falsafah Bung Karno

Artikel Populer

Pendidikan karakter merupakan isu yang sedang mengemuka di dunia pendidikan, hal ini dikarenakan banyak kemerosotan moral dari anak bangsa itu sendiri. Banyak pemikir telah memperhatikan masalah ini dengan serius.

Bung Karno yang merupakan seorang pemikir sekaligus perumus dasar falsafah negara memiliki pengaruh yang mendalam terhadap pembangunan bangsa. Pemikirannya yang komprehensif mencakup berbagai aspek, termasuk politik, sosial, ekonomi, dan pendidikan.

Dalam konteks pendidikan karakter, beliau memiliki pemikiran yang sangat relevan dengan kondisi masyarakat Indonesia. Pendidikan karakter menurut Bung Karno adalah persiapan mental secara bathiniyah yang harus disiapkan semaksimal mungkin oleh bangsa Indonesia sebagai bekal di masa depan sementara nilai-nilainya adalah semangat kemerdekaan, nasionalisme, cinta negara, demokrasi, gotong royong, ketaatan beragama, serta kecintaan terhadap budaya sendiri.

Dalam beberapa tahun terakhir, perhatian terhadap pendidikan karakter semakin meningkat seiring dengan kesadaran akan pentingnya membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga memiliki nilai-nilai moral dan etika yang kuat. Pendidikan karakter diharapkan dapat menciptakan individu yang tidak hanya mampu bersaing dalam dunia kerja, tetapi juga mampu berkontribusi positif bagi masyarakat.

Perubahan sosial yang cepat akibat arus globalisasi dan kemajuan teknologi membawa dampak signifikan terhadap nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Mengakibatkan generasi muda kini terpapar oleh pengaruh yang muncul dari luar, yang sering kali bertentangan dan tidak sejalan dengan nilai-nilai lokal dan tradisional. Hal ini menyebabkan banyak pergeseran dalam norma dan perilaku kehidupan berbangsa dan bernegara yang seharusnya dijunjung tinggi oleh setiap anak bangsa.

Ditambah dengan krisis moral yang ada di lingkup masyarakat mulai memprihatinkan, hal ini dapat dilihat dari meningkatnya angka kriminalitas, kekerasan, dan perilaku anti-sosial lainnya. Banyak remaja terjebak dalam lingkaran gaya hidup hedonis, yang menimbulkan aksi kriminalitas dan kejahatan, yang mengedepankan kesenangan sesaat tanpa memikirkan dampaknya. Maka dalam hal ini, Pendidikan karakter diharapkan dapat menjadi solusi dan langkah konkrit untuk menanggulangi fenomena ini dengan menanamkan nilai-nilai positif pada generasi muda, yang berlandaskan Pancasila.

Kerusakan karakter sebenarnya tidak hanya terjadi dalam lingkup di negara kita saja akan tetapi juga terjadi kepada negara yang lain atau dapat dikatakan krisis ini merupakan krisis global dan harus segera ditangani oleh dunia pendidikan secepat mungkin. Terkhusus negara kita yang memiliki budaya kuat harus mampu mempertahankan nilai-nilai budaya kita dengan pendidikan karakter.

Oleh karena itu, Bung Karno mengembangkan pemikirannya dalam konteks perjuangan untuk kemerdekaan. Ia berpendapat bahwa kemerdekaan bukan hanya tentang bebas dari penjajahan, tetapi juga tentang pembentukan karakter bangsa. Bung Karno memang tidak secara langsung menyampaikan apa itu pendidikan karakter akan tetapi beliau sudah pernah menyingungnya di tahun 1965 sebagaimana yang ia katakan “kita masih dihinggapi penyakit individualisme, dan lain-lain sebagainya tak lain tak bukan adalah karna mental investmen kita, persiapan batiniah kita belum kita siapkan dengan sehebat hebatnnya” dari sini dapat dilihat bahwa beliau mengatakan mental investment yang dapat dikatakan juga sebagai pendidikan karakter. Jadi pendidikan karakter menurut beliau ialah persiapan mental yang harus disiapkan semaximal mungkin secara bathiniyah oleh bangsa Indonesia sebagai bekal di masa depan.

Selain itu Bung Karno dalam pidatonya juga sering mengatakan nation and character building hal ini dapat dipahami bahwa tujuan daripada pendidikan bung Karno adalah pembangunan karakter khas bangsa Indonesia yang kemudian nilai-nilainya banyak terdapat di pemikiran-pemikiran beliau sendiri.


Adapun nilai-nilai pendidikan karakter yang berdasarkan pemikiran Bung Karno yang pertama adalah semangat kemerdekaan, karakter hidup merdeka harus selalu dipegang teguh oleh setiap bangsa karena dengan merdeka kita bisa menjadi bangsa seutuhnya yang bebas dari penjajahan, konflik, krisis, serta menjadi bangsa yang damai, sejahtera dan berkeadilan.

Maka, kaum marhaen yang miskin akibat penjajahan membuat bung karno merasakan betapa nestapa bangsa Indonesia serta pahitnya menjadi masyarakat yang terjajah dan tidak bisa bebas menentukan pilihan hidup. Oleh karena itu, kita sebagai bangsa Indonesia yang sudah merasakan kemerdekaan harus dan wajib mempertahankan dan memiliki jiwa kemerdekaan. Karakter merdeka di masa ini mencakup beberapa aspek penting.

Keberanian untuk berpikir kritis dan bersuara, serta kemampuan untuk mempertahankan pendapat dengan dasar yang kuat. Semangat kolaborasi dan solidaritas, di mana individu saling mendukung dalam menghadapi tantangan bersama. Selain itu, karakter merdeka juga mencakup rasa tanggung jawab sosial, di mana individu menyadari pentingnya kontribusi mereka terhadap masyarakat. Terakhir, keterbukaan terhadap perubahan dan inovasi, serta sikap adaptif terhadap dinamika zaman, adalah kunci untuk menghadapi tantangan global yang terus berkembang.

Kedua, Nasionalis atau cinta negara, pemikiran Bung Karno tentang Nasakom sebenarnya dijiwai oleh jiwa nasionalisme yang begitu kuat beliau menginginkan persatuan di antara ketiga golongan yang sebelumnya tidak bisa disatukan itu untuk satu tujuan membentuk negara Indonesia. Menurut martiniah ciri seorang nasionalis adalah, Menjunjung tinggi persatuan. Persatuan adalah elemen yang palig penting yang harus dimiliki oleh setiap bangsa karena hanya dengan menjunjung tinggi persatuan kita bisa membangun negara kearah yang lebih maju, progresif, inklusif, dan berdaya saing global, tanpa adanya persatuan maka bangsa Indonesia akan diambang kehancuran.

Menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain. Memiliki mitra kerja sama dengan bangsa lain adalah sebuah poin penting yang harus dimiliki oleh setiap bangsa, karena hal ini akan menjadi sebuah keseimbangan negara serta mempunyai semangat kolaborasi, dalam berbagai sektor, baik dari segi politik, pertahanan, pendidikan, ekonomi, teknologi dan budaya.

Menjunjung tinggi hukum negara. Di negara demokrasi hukum negara adalah instrumen yang paling penting. Maka untuk membangun sebuah negara yang berdaulat, harus memiliki payung hukum yang kuat, dimana semua elemen bangsa harus taat, patuh, serta menjungjung tinggi hukum tersebut. Tapi, kalau hukum negara sudah dilabrak, diubah dan diatur sedemikian rupa untuk kepentingan pribadi atau golongan tertentu, maka negara akan diambang kehancuran. karena hanya memikirkan kepentingan pribadi atau golongan tertentu daripada kepentingan bursama untuk kebaikan bangsa dan negara.

Ketiga, Demokrasi dan gotong-royong, Dalam pancasila di sila ke empat terdapat perkataan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. atau di point ketiga dalam pidato Bung Karno pada tanggal 1 Juni yang mengatakan “Negara Indonesia bukan satu negara untuk satu orang, bukan satu negara untuk satu golongan, walaupun golongan kaya. Tetapi kita mendirikan negara “semua buat semua”, satu buat semua, semua buat satu”. Maka dalam kehidupan kita karakter demokrasi sebenarnya bisa diterapkan dalam berbagai bentuk seperti menghargai perbedaan pendapat, bersikap adil ketika mengambil kebijakan dan lain-lain sebagainya. Karena dengan hal ini, kita bisa menjadi bangsa yang damai, harmonis jauh dari konflik serta ketegangan antar golongan yang bisa mengakibatkan perpecahan untuk bangsa dan negara.

Keempat, mempunyai semangat bergotong-royong, Dalam pidato Bung Karno pernah berkata “marilah kita terima prinsip hal sociale rechtvaardigheid ini, yaitu bukan saja persamaan politik, saudara-saudara, tetapi pun diatas lapangan ekonomi kita harus mengadakan persamaan, artinya kesejahteraan bersama yang sebaik-baiknya” dari sini dapat dipahami bahwa Bung Karno menginginkan bangsa Indonesia ini harus saling membantu bergotong-royong dalam segala hal termasuk perekonomian, dalam mewujudkanya tentulah diperlukan yang namanya saling bantu membantu antar sesama seperti membantu korban musibah dengan tenaga ataupun donasi, mengikuti kerja bakti di lingkungan tempat tinggal atau di sekolah dan lain-lain.

Kelima, ketaatan beragama dan cinta budaya sendiri, dalam sidang BPUPKI Bung Karno berpendapat “..Hendaknya negara Indonesia ialah negara yang tiap-tiap orangnya dapat menyembah Tuhannya dengan cara yang leluasa…” dari sini jelas bahwa Bung Karno berpesan bahwa semua warga Indonesia wajib beragama Karakter-karakter taat beragama atau yang lebih sering kita sebut dengan religius sebenarnya adalah karakter wajib bagi bangsa Indonesia. Karakter religius sendiri menurut beberapa ahli adalah karakter seseorang yang gerak gerik nya didasari oleh agama karena hanya agamalah yang bisa menuntun kita kejalan yang lebih baik. Karena agama selalu mengajarkan untuk memiliki sifat kasih sayang dan saling mencintai antar sesama manusia. Hal tersebut yang nantinya menghasilkan sebuah negara yang damai serta harmonis. Maka seyogyanya kita harus memliki jiwa nasionalismedan taat beragama jangan hanya taat beragama saja tapi tidak mimilki jiwa nasionalisme.

Cinta budaya sendiri adalah salah satu point daripada trisakti adalah berdaulat di bidang kebudayaan atau berkepribadian yang berkebudayaan. Maksudnya ialah rakyat Indonesia harus cinta dengan budaya bangsa Indonesia, prilakunya sesuai dengan prilaku leluhurnya seperti sopan santun orang jawa orang sunda dan lain-lain. Akan tetapi kita juga tidak boleh menolak kebudayaan asing sebagaimana yang dikatakan bung Karno “kebudayaan lama itu kita kikis feodalismenya, dari kebudayaan asing kita punahkan imperialismenya” Maksudnya adalah mengfilter kebudayaan asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan bangsa Indonesia. Dengan memliki rasa cinta budaya sendiri maka kita akan selalu menjungjung tinggi budaya kita mau dalam negri maupun di manca negara. Karena budaya adalah warisan yang paling berharga untuk bangsa dan negara. karena bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak melupukan warisan leluhur-leluhurnya serta selalu menjaga kebudayaanya.

Pendidikan karakter menurut Bung Karno merupakan bekal utama bagi bangsa Indonesia, yakni persiapan mental dan batiniah yang harus dibangun sekuat mungkin demi menghadapi masa depan. Dalam pemikiran beliau, nilai-nilai karakter yang harus ditanamkan mencakup semangat kemerdekaan, nasionalisme, cinta negara, demokrasi, gotong royong, ketaatan beragama, serta kecintaan terhadap budaya sendiri. Sebab, sejatinya bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki karakter kuat.

Jika karakter suatu bangsa lemah dan terjajah, maka ia akan terus berada dalam kelemahan dan ketergantungan. Namun, bila karakter bangsa itu kuat dan penuh semangat untuk terus maju, maka bangsa tersebut akan berdiri kokoh dan berkembang. Oleh karena itu, sudah saatnya kita merenungi kembali falsafah pendidikan karakter ala Bung Karno, sebagai fondasi membangun bangsa yang tangguh, mandiri, dan tidak mudah dijajah oleh pengaruh asing.

Lantas, sudahkah bangsa Indonesia hari ini benar-benar memiliki karakter seperti yang dicita-citakan Bung Karno? Inilah saatnya kita bercermin, merenungi kembali nilai-nilai luhur tersebut, dan menjadikannya napas dalam setiap aspek kehidupan berbangsa dan bernegara—agar Indonesia tak hanya merdeka secara lahir, tetapi juga tangguh secara batin dalam menghadapi tantangan zaman.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Artikel Terbaru

Potensi Indonesia Menjadi Interlokutor Dunia

Oleh : Keysa Amalia Rizqina, Mahasiswi Universitas Manouba, Tunis Di tengah ramainya konflik yang bergejolak di berbagai belahan dunia, Indonesia...

Artikel Terkait