Pemimpin sebagai Guru: Belajar dari Sukarno-Hatta

Artikel Populer

Kopiah.co – Di tengah krisis keteladanan saat ini yang penting kita ketengahkan adalah tentang pemimpin sebagai guru, leader as a teacher. Sebab, di antara karakter kepemimpinan yang melekat pada para pendiri bangsa, terutama Sukarno-Hatta adalah “pemimpin sebagai guru”.

Figur Bung Karno dan Bung Hatta — selain sebagai pemimpin — adalah seorang pemimpin yang mampu menjawab berbagai persoalan yang terjadi di masyarakat. Sebagaimana seorang guru, Bung Karno dan Bung Hatta tampil sebagai figur pemimpin yang mengetahui banyak hal, sehingga ia benar-benar menjadi tempat bertanya, tempat belajar, dan tempat menggali ilmu.

Karakter ini sangat penting dimiliki seorang pemimpin bangsa. Sebab, setiap ucapan dan perbuatan yang lahir dari seorang pemimpin membawa dampak besar bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Pemimpin sebagai guru juga meniscayakan bahwa ia terbuka atas pikiran-pikiran yang berbeda, senang berdialog, dan tidak anti terhadap kritik.

Sebaliknya, seorang pemimpin dengan karakter otoriter, eksklusif, dan anti-kritik sangat bertentangan dengan karakter seorang guru yang mengayomi, melayani, dan membimbing. Padahal, sejatinya seorang pemimpin adalah figur yang harus mendengar, merespons, serta membawa solusi atas pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan bangsanya.

Pemimpin sebagai guru juga sebenarnya tidak lahir secara instan. Sebagaimana Bung Karno dan Bung Hatta, keduanya hadir sebagai pemimpin yang ditempa dengan literasi, bacaan lintas genre, diskusi dan dialektika, serta terus menerus menambah ilmu dan pengetahuan. Pemimpin yang menjiwai spirit cinta ilmu pengetahuan inilah yang dapat tampil lebih tenang, bijak, dan menginspirasi.

Bung Karno dan Bung Hatta menjadi figur pemimpin yang menguasai banyak bahasa dan memahami ilmu pengetahuan secara luas dan mendalam. Adalah benar bahwa Ibnu Khaldun, dalam kitabnya Al-Mukaddimah menegaskan syarat menjadi seorang pemimpin yaitu cerdas, yang maknanya adalah cinta ilmu serta menguasai berbagai bidang ilmu pengetahuan.

Selain itu, Bung Karno dan Bung Hatta juga merupakan figur pemimpin yang memiliki jiwa mengabdi. Dalam perjalanan perjuangan kemerdekaan Indonesia, penjara dan pengasingan menjadi bagian dari proses yang dialami Bung Karno dan Bung Hatta. Namun, sebagaimana guru, seorang pemimpin harus mempunya jiwa pengabdian yang ikhlas dan tanpa pamrih.

Pemimpin sebagai guru meniscayakan karakter kepemimpinan yang menekankan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi. “Kita hendak mendirikan suatu negara ‘semua buat semua’. Bukan buat satu orang, bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan, maupun golongan yang kaya, – tetapi ‘semua buat semua’,” kata Bung Karno dalam pidatonya, 1 Juni 1945.

Seorang pemimpin seyogianya menjadi teladan bagi seluruh bangsanya. Keteladanan sangat penting dan diperlukan, sebab keteladanan adalah cara paling tepat untuk memberikan pengaruh baik agar masyarakat dapat mengikuti, mencontoh, atau meniru apapun yang dilakukan oleh sang pemimpin. Dalam Islam, keteladanan (uswah hasanah) berarti “dakwah bil haal”, yaitu mengajak dengan keteladanan perbuatan.

Kepemimpinan sebagai guru merupakan satu hal penting yang menonjol dari figur Bung Karno dan Bung Hatta. Sebagai pemimpin sekaligus guru, dwitunggal, Bung Karno dan Bung Hatta mengajarkan bahwa seorang pemimpin harus meninggal karakter, visi, komitmen, dan suri tauladan yang dapat menginspirasi bangsanya. Bung Karno dan Bung Hatta benar-benar suatu mercusuar yang harus senantiasa kita teladani dan nyalakan api ajarannya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Artikel Terbaru

Hadirnya BRICS Menjadi Pesaing Baru Ekonomi Global

Kopiah.co - BRICS merupakan akronim yang terdiri dari Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan. Mereka adalah kelompok negara...

Artikel Terkait