Merenungkan Paradigma Islam Berkemajuan

Artikel Populer

Kopiah.Co — Islam adalah agama yang diwahyukan melalui Nabi Muhammad saw. sebagai rahmat (kasih sayang) bagi semesta alam. Islam tidak hanya merupakan agama yang memberikan panduan moral, ibadah formal dengan ritual-ritualnya, tetapi juga sebagai agama dengan ajaran fungsionalnya di berbagai dimensi, baik politik, ekonomi, budaya, maupun sosial.

Sebab itu, Islam bisa disebut sebagai agama kemanusiaan sekaligus agama peradaban, yang menjadi cahaya terang bagi manusia dalam menjalankan kehidupan di muka bumi ini. Namun, untuk mencapai spirit Islam agama peradaban itu, ada kunci-kunci penting yang harus ditunaikan, sehingga agama ini benar-benar menjadi, sebagaimana dikatakan Bung Karno, agama yang berkemajuan, Islam ia progress.

Sesungguhnya, Islam akan berkembang maju kalau umat Islam mau mengikuti perkembangan zaman dengan mempelajari berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi modern kini. Umat Islam harus belajar dari kemajuan ilmu pengetahuan yang kini berkembang pesat di Barat. Sehingga, kita tidak lagi hanya menjadikan Timut Tengah sebagai kiblat, apalagi sampai kepada level anti Barat.

Sejatinya, umat muslim kini, terutama kita muslim Indonesia, harus bisa menerima dan memahami berbagai konteks khazanah keilmuan, tanpa membeda-bedakan dari mana hal itu berasal, untuk bisa dijadikan sebagai wawasan dalam membangun sebuah peradaban yang besar. Peradaban yang maju di masa Baghdad terjadi karena mereka bersinggungan dengan berbagai peradaban yang ada di masa itu.

Dengan kata lain, umat Islam juga harus siap berkontribusi dan masuk gelanggang peradaban dunia sehingga mampu berperan serta menjadi garda terdepan untuk mewujudkan peradaban dunia. Kita harus mampu bergera. Karena Islam tidak akan berkembang jika kita, umat Islam tidak menggunakan akal pikirannya untuk memahami Al-Qur’an Hadits serta Khazanah keilmuan lainnya.

Islam adalah agama yang berorientasi pada kemajuan. Kemajuan (progress) berarti barang baru, barang baru yang lebih sempurna, yang lebih tingkatannya dari pada barang yang terdahulu. Progress berarti pemikiran baru, creation baru, ijtihad baru, bukan mengulangi barang yang terdahulu, bukan meniru barang lama.

Islam adalah agama yang dihiasi dengan spirit kerja keras (‘amal) dan pikiran (al-fikr) dalam mengisi dan mengelola tatanan kehidupan umat manusia. Dalam konteks Indonesia, kita harus hadir sebagai agama yang mampu berjalan beriringan dengan budaya. Kita tahu, Islam masuk ke Indonesia melalui pendekatan budaya dan perdagangan. Dengan kata lain, Islam dan budaya adalah infrastruktur yang menjadikan bangsa Indonesia merdeka dan bersatu.

Bukankah dunia Islam memiliki pemikir-pemikir besar di dalam ilmu pengetahuan yang memberikan kontribusi penting dalam perkembangan dunia. Dengan penemuan-penemuan mereka yang signifikan dan luar biasa serta menjadi referensi bagi para ilmuwan di seluruh dunia, seperti Ibnu Sina yang merupakan tokoh penting dalam bidang ilmu kedokteran dan filsafat dunia.

Kita juga mempunyai Al-Khwarizmi yang merupakan seorang ahli matematika, astronomi dan dianggap sebagai penemu algoritma. Jabir ibn Hayyan yang telah memberikan banyak kontribusi penting dalam perkembangan ilmu kimia, yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di Barat. Juga Al-Jazari sebagai ilmuwan yang dikenal sebagai Bapak Robot, karena pembuat Robot pertama dalam sejarah.

Al-Zahrawi yang dikenal sebagai seorang dokter dan ahli bedah yang melakukan banyak penemuan penting dalam bidang kedokteran dan bedah. Serta Ibnu Khaldun, sejarawan dan bapak sosiologi dunia yang karyanya masih terus dikaji hingga kini.

Oleh karena itu, kita seyogianya menyadari bahwa umat Islam pernah mengalami kemajuan karena terlibat dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Melalui penggunaan akal dan rasionalitas yang optimal, kita mampu melakukan ijtihad baru sebagai jawaban atas kebutuhan umat manusia modern. Dalam hal ini, kita bisa menjiplak para ilmuwan-ilmuwan terdahulu untuk bisa menjadi seorang pemimpin yang memberikan revolusi besar, baik politik, sosial, ekonomi maupun budaya.

Kata Bung Karno, apabila dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia dengan kemajuan selangkah pun.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Artikel Terbaru

Pro-Kontra Pelajar STM di Aksi Kawal Putusan MK

Oleh: Raja Amar Jayakarta Selain mahasiswa, selebritas, pengojek, komika dan pedagang kaki lima, para pelajar SMA/SMK sederajat pun ikut andil...

Artikel Terkait