Islam, Pemikiran Keislaman dan Reformasi

Artikel Populer

Ahmad Hashif Ulwan
Ahmad Hashif Ulwan
Mahasiswa Universitas Az-Zaitunah

Kopiah.co – Umat muslim terkadang salah kaprah memaknai pemikiran keislaman, ia sering diartikan sebagai Islam itu sendiri, konsekuensinya adalah, pemikiran keislaman tidak bisa di reformasi dan tidak dapat menyesuaikan dengan konteks waktu dan tempat.

Islam sebagai suatu spirit yang tetap dan pasti memang tidak dapat  berubah, atau dalam khazanah keilmuan Islam dikenal sebagai Tsawabit, rekonstruksi terhadap Tsawabit – pastinya – berdampak pada penolakan umat Islam itu sendiri, karena Agama sebagaimana yang kami artikan di atas tidak dapat berubah. 

Suatu siang, penulis sedang membaca buku bertajuk “Tajdid al-Fikr Al-Dini” karya Muhammad Iqbal di salah satu kedai kopi di Tunis, tidak sengaja buku itu menarik perhatian seorang warga Tunisia, dia baca judul itu dengan seksama, lalu bertanya “Bagaimana agama bisa diperbaharui? Sedangkan Islam itu karunia Ilahi yang tidak dapat diubah atau diperbaharui, merubahnya berarti merubah risalah Tuhan.” 

Pertanyaan seorang warga Tunis di atas menjawab pertanyaan yang terngiang-ngiang dibenak penulis, mengapa umat muslim tidak bersuka-ria dengan datangnya suatu pemikiran keagamaan yang reformis? Ternyata ada kebingungan tersendiri dalam diri seorang muslim dengan adanya wacana pembaharuan pemikiran keagamaan, apakah ini merupakan penistaan terhadap Tuhan dengan adanya campur tangan manusia dalam ajaran-ajaran Tuhan? Sedangkan agama itu sendiri telah sempurna :

اَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنًاۗ فَمَنِ اضْطُرَّ فِيْ مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّاِثْمٍۙ فَاِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

“Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. Tetapi barangsiapa terpaksa karena lapar, bukan karena ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Al-Maidah : 3)

Atau ini merupakan ‘utusan’ Tuhan yang memberikan solusi beragama yang relevan dengan konteks waktu dan tempat.

Muhammad Imaroh, seorang ulama dari Mesir dalam bukunya “Mustaqbalina bayna al-Tajdid al-Islami wa al-Hadatsah al-Gharbiyyah” menyodorkan tipologi pemikiran keislaman. Pertama, mereka yang jumud dan bersikukuh untuk tetap memegang erat Turats,  mereka tidak mengenal atau bahkan tidak terbesit dibenak mereka untuk melakukan reformasi dan perubahan pemikiran keislaman. Kedua, mereka yang melakukan modernisme pemikiran keagamaan dengan gaya yang dilakukan oleh Barat. Ketiga, adalah mereka yang menjaga relevansi pemikiran keagamaan dengan melakukan reformasi pemikiran keagamaan dengan berlandaskan kepada Tsawabit yang tidak dapat berubah.

Wacana pembaharuan ini sejatinya telah terbentang luas dengan adanya hadits Rasul : “Sesungguhnya Allah mengutus untuk umat ini pada setiap penghujung seratus tahun, orang yang memperbaharuhi agamanya” (HR. Abu Dawud).  Menurut Moncef Abdeljalil, hadits ini menjadi pelopor pergerakan pembaharuan dalam kalangan Sunni, disamping hadirnya sosok Imam Al-Muntazhar dalam khazanah Syiah.

Kita kembali kepada pembahasan pemikiran keagamaan, menurut Muhammad Abid al-Jabiri, pemikiran keislaman pada masa hadirnya Islam dipengaruhi oleh konteks bangsa Arab dimana Agama ini diturunkan, baik dari segi bahasanya, segi budaya, maupun segi geografisnya. Inilah yang membuat pemaknaan terhadap Al-Quran dan kenabian kala itu – disamping bersifat universal – ia juga menusuk dengan tajam kepada sasaran awalnya, yaitu bangsa Arab. 

Pada masa-masa setelahnya, Islam menyebar dengan cepat dengan sifat universalitasnya, Dalam konteks masa kini, pemikiran keislaman seyogyanya memasukkan unsur-unsur mutakhir disekitarnya (konteks global) disamping tidak meninggalkan unsur sejarahnya. Inilah yang nantinya akan menjadi objek pembaharuan dan pemikiran keislaman. Bukan perubahan terhadap agamanya, melainkan terhadap pemikiran keagamaannya yang kerap dianggap absolut dan tidak bisa diperbaharui.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Artikel Terbaru

Pro-Kontra Pelajar STM di Aksi Kawal Putusan MK

Oleh: Raja Amar Jayakarta Selain mahasiswa, selebritas, pengojek, komika dan pedagang kaki lima, para pelajar SMA/SMK sederajat pun ikut andil...

Artikel Terkait